<$BlogRSDUrl$>

Friday, April 30, 2004

Rasa Keakuan  

Memang demikianlah, senang atau susah bukan didatangkan dari luar, melainkan tergantung dari keadaan batin kita sendiri, sungguhpun keadaan itupun dipengaruhi oleh keadaan luar. Senang atau susah masih berada dalam daerah terbatas, daerah terkurung dari kesibukan si aku. Si aku merasa diuntungkan, maka senanglah batin. Si aku merasa dirugikan, maka susahlah batin.

Batin seperti ini berada dalam cengkeraman si aku yang bukan lain adalah pikiran itu sendiri. Pikiran mencatat segala pengalaman, baik yang senang maupun yang susah, dan pikiran menciptakan si aku, yaitu gambaran tentang diri sendiri, sebagai penikmat kesenangan maupun si penderita kesusahan.

Timbullah keinginan untok mengulang atau melanjutkan kesenangan dan menjauhkan kesusahan. Keinginan inilah yang menciptakan lingkaran setan, yang menyeret kita di antara gelombang-gelombang kesenangan dan kesusahan sehingga keadaan kehidupan kita menjadi seperti sekarang ini. Setiap manusia ber­lumba untuk memperoleh kesenangan, dan demi kesenangan yang dikejar inilah ma­ka terjadi perebutan persaingan, per­musuhan, iri hati, kebencian dan sebagai­nya. Pengejaran kesenangan memisah-misahkan antara manusia, memupuk dan memperkuat si aku

|

Tuesday, April 27, 2004

Rasa keakuan dan pamrih pribadi 

Baik itu dinamakan kecabulan, ke­maksiatan, yang menjurus kepada per­buatan kejahatan, maupun yang dinamakan pengejaran cita-cita, ambisi yang menjurus kepada persaingan dan perebut­an kedudukan sampai kepada perang, sampaipun kepada pengejaran terhadap apa yang dianggap murni dan agung, seperti daya upaya untuk menjadi orang baik, orang suci, atau tempat yang damai di alam baka, semua itu mempunyai dasar dan sifat yang sama, yaitu pamrih untuk menyenangkan diri sendiri!

Me­ngejar dan memperebutkan uang, ke­dudukan, wanita, nama besar, kehormatan dan sebagainya itu dapat mendatangkan kesenangan! Demikian pula, orang me­ngejar kedamaian di alam fana maupun baka karena mengganggap bahwa ke­damaian itu menyenangkan. Boleh saja dipakai kata lain untuk kesenangan, misal­nya kebahagiaan. Karena menganggap bahwa semua yang dikejar itu akan men­datangkan kebahagiaan, maka terjadilah pengejaran-pengejaran itu.

Jadi, semua tindakan itu didasari oleh keinginan memperoleh sesuatu! Yaitu pamrih! Kita lupa bahwa segala sesuatu yang didorong oleh pamrih sudah pasti akan mendatangkan konflik dan pertentangan. Pamrih adalah pementingan diri pribadi, dan pementingan diri pribadi inilah yang menimbulkan konflik, baik konflik dalam batin sendiri maupun konflik dengan orang lain.

Orang yang mengejar-ngejar uang akan menyamakan diri dengan uang itu dan uang dianggap lebih penting dari­pada apa saja. Sama pula dengan pe­ngejaran terhadap kedudukan, dan sebagainya. Jadi bukan si kedudukan, si uang, si kehormatan, si keluarga, si bangsa, yang penting, melainkan si aku! Maka terjadilah demikian : Yang dibela mati-matian adalah uangku, kedudukanku, kehormatanku, keluargaku, bangsaku, agamaku dan selanjutnya yang berpusat kepada si aku. Uang orang lain, kehor­matan orang lain, bangsa orang lain, agama orang lain, sama sekali tidak masuk hitungan! Tentu saja sikap ini memancing datangnya pertentangan. Ini sudah amat jelas, bukan? Dapatkah kita hidup tanpa pamrih ini, tanpa adanya si aku yang mendorong segala perbuatan kita menjadi tindakan pementingan si aku? Hanya kalau sudah begini, maka uang, kedudukan, kehormatan, keluarga, bangsa, agama dan lain-lain memiliki arti dan nilai yang sama sekali berbeda!

|

Monday, April 26, 2004

Perenungan Mengenai Pikiran  

Segala keadaan batin dipimpin oleh pikiran. Pikiran adalah pemuka dan pembentuknya. Apabila seseorang berucap atau bertindak dengan pikiran jahat, penderitaan niscaya akan mengikutinya ibarat roda pedati yang mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya.


Segala keadaan batin dipimpin oleh pikiran. Pikiran adalah pemuka dan pembuatnya. Jika seseorang berucap atau bertindak dengan pikiran murni, kebahagiaan niscaya akan menyertainya ibarat bayang-bayang yang selalu mengikuti dirinya.

"Ia mencela saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampok saya." Barangsiapa menyimpan pikiran demikian, kebencian tak mungkin reda.

"Ia mencela saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampok saya." Barangsiapa tidak menyimpan pikiran demikian, kebencian niscaya berakhir.

Kapan pun di dunia ini, kebencian tidak akan dapat dihentikan dengan kebencian. Hanya dengan ketakbencian ia berakhir. Ini adalah hukum purba.

Orang-orang lain tidak menyadari bahwa "Kita semua akan binasa [dalam persengketaan]." Namun, mereka yang memahami kebenaran ini niscaya tidak akan bersengketa.

Ibarat angin kencang yang menumbangkan pohon rapuh, demikian pula pikiran kotor menguasai orang yang menjadi budak keindahan, yang inderanya tak terkendali, yang tak tahu batas dalam makanan, yang malas dan lamban.

Ibarat angin yang tak mampu merobohkan bukit karang, demikian pula Mara tidak mampu menguasai orang yang tak menjadi budak keindahan, yang inderanya terkendali dengan baik, yang tahu batas dalam makanan, dan yang penuh keyakinan serta bersemangat.

Barangsiapa belum terbebas dari noda batin, tidak mempunyai pengendalian diri dan kejujuran; ia sesungguhnya tak layak mengenakan jubah kuning (menjadi pendeta).

Namun, barangsiapa telah melenyapkan noda batin, mapan dalam kesilaan, mempunyai pengendalian diri dan kejujuran; dialah sesungguhnya yang patut mengenakan jubah kuning (menjadi pendeta).

Barangsiapa menganggap sesuatu yang tak hakiki sebagai hakiki, dan sebaliknya menganggap tak hakiki sesuatu yang hakiki; mereka yang terpacak pada pikiran keliru semacam ini tidak akan memperoleh apa yang hakiki.

Barangsiapa menganggap sesuatu yang hakiki sebagai hakiki, sesuatu yang tak hakiki sebagai tak hakiki; mereka yang mempunyai pikiran benar semacam ini niscaya akan memperoleh apa yang hakiki.

Bagaikan hujan yang dapat menembus rumah beratap tiris, demikian pula nafsu dapat merasuki pikiran yang tidak dikembangkan dengan baik.

Bagaikan hujan yang takdapat menembus rumah beratap baik, demikian pula nafsu tidak dapat merasuki pikiran yang telah dikembangkan dengan baik.

Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati; di kedua alam pelaku kejahatan bersedih hati. Ia bersedih dan berdukacita karena melihat perbuatan jahatnya.

Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira. Di kedua alam pelaku kebajikan bergembira. Ia bergembira dan bersukacita karena melihat perbuatan bajiknya.

Di dunia ini ia menderita, di dunia sana ia menderita. Di kedua alam pelaku kejahatan menderita. Ia menderita tatkala berpikir bahwa: "Kejahatan telah saya perbuat." Ia akan menderita lebih parah lagi apabila setelah meninggal dunia terlahirkan kembali di alam sengsara.

Di dunia ini ia berbahagia, di dunia sana ia berbahagia. Di kedua alam pelaku kebajikan berbahagia. Ia berbahagia tatkala berpikir: "Kebajikan telah saya perbuat." Ia akan lebih berbahagia lagi apabila setelah meninggal dunia terlahirkan kembali di alam bahagia.

Biarpun banyak membaca kitab suci tetapi tidak berbuat sesuai dengannya; orang yang lengah ini tidak akan memperoleh pahala dari kehidupan suci bagaikan gembala sapi yang hanya menghitungkan peliharaan orang lain.

Meski hanya sedikit menyimak kitab suci namun menerapkannya dalam pelaksanaan, telah menanggalkan nafsu, kebencian dan kesesatan, menembus kebenaran, terbebaskan batinnya, tidak melekat pada apa pun sekarang maupun mendatang; ia niscaya memperoleh pahala dari kehidupan suci sebagaimana mestinya.


|

Kerinduan akan cinta kasih 

This is nice article about why we all thirst for love in Indonesian Language:

Kita semua rindu akan kasih sayang. Kita semua meng­hendaki agar semua orang di dunia ini suka dan cinta kepada kita! Kita haus akan cinta kasih! Dari manakah datang­nya kehausan ini? Mengapa kita dahaga akan cinta kasih orang lain terhadap diri kita.

Kita tidak pernah mau sadar melihat kenyataan bahwa yang terpenting daripada segala keinginan dicinta orang itu adalah pertanyaan : apakah KITA suka atau mencinta kepada SEMUA orang? Sesungguhnya di sinilah letak sumber daripada segalanya. Tanpa adanya cinta kasih dalam batin kita sendiri terhadap semua orang dan segala sesuatu, kita akan selalu haus akan cinta kasih lain orang! Akan tetapi apabila hati ini penuh cinta kasih, maka kita tidak lagi akan kehausan. Karena batin tidak ada cinta kasih inilah maka kita selalu dahaga akan cinta kasih terhadap diri kita, seperti sumur kering merindukan air. Kalau su­mur itu penuh air, dia tidak akan lagi rindu akan air, bahkan airnya yang ber­limpah-limpah itu menghilangkan dahaga SIAPA SAJA!

Sungguh sayang, kita tidak pernah mengamati apakah ada cinta kasih dalam diri kita terhadap sesama manusia atau sesama hidup. Sebaliknya malah, kita selalu mengamati apakah ada cinta kasih dari orang lain untuk kita! Kalau ada maka kita merasa senang dan kalau tidak, kita merasa sebaliknya. Kita baru dapat bicara tentang cinta kasih kalau batin ini sudah kosong dan bersih daripada kebencian, iri hati dan pementingan diri sendiri. Selama semua ini ada di dalam batin, jangan harap akan ada sinar cinta kasih dalam diri kita. Dan kalau semua itu sudah bersih, lalu ada cinta kasih di dalam hati, jelaslah bahwa kita tidak MENGHARAPKAN lagi cinta kasih orang lain terhadap kita, bahkan kita TIDAK MENGHARAPKAN APA-APA LAGI! Hati yang penuh cinta kasih tidak mengharapkan apa-apa lagi, seperti cawan yang penuh anggur tidak menghendaki apa-apa lagi. Tidak ada lagi rasa takut, tidak ada lagi rasa khawatir tidak akan dicinta orang, tidak ada lagi rasa takut akan dibenci orang. Yang takut tidak dicinta, yang takut dibenci, adalah si aku, yaitu pikiran yang mengaung-ngaungkan si aku, yang memupuk iba diri. Akan tetapi, kalau hati penuh dengan cinta kasih, tidak ada lagi si aku yang ingin ini dan itu.


|

Saturday, April 03, 2004

Moving to my new room 

Starting from this week, I have moved to new building. Unfortunately, I have got old computer. I think it is OK for me than I do not have any computer.
My new problem is how to conduct my experiment. So far I do not have any idea about it.
Hopefully, I can get many ideas in the future.

|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?