<$BlogRSDUrl$>

Saturday, May 26, 2007

Kekuatan Pikiran 

Suatu ketika di Negara Eropa, seorang kriminal buronan negara
berhasil tertangkap. Sang kriminal adalah buronan kelas kakap yang
telah melakukan banyak sekali kejahatan, perampokan, pembunuhan,
terorisme dan tidaklah terhitung daftarnya. Pengadilan Negara
menjatuhkan vonis hukuman mati kepadanya dan mereka mulai
mendiskusikan hukuman apa yang akan mereka berikan kepada sang
kriminal. Mereka memilih beberapa alternatif, diantaranya hukuman
gantung, hukuman tembak, kursi listrik, ruang beracun, dll.

Pada saat diskusi tersebut berlangsung, seorang ilmuwan
mencadangkan suatu metode baru sebagai percobaan untuk memberi vonis
hukuman mati, suatu metode yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Mereka pun mendengarkan ide tersebut dan akhirnya mereka pun
menyetujui ide tersebut dan membiarkan sang ilmuwan melakukan riset
terhadapnya. Sang kriminal dimasukkan kedalam suatu ruangan dan
dibaringkan dengan tubuh terikat. Matanya ditutup dan dibisikkan
kalimat "Kamu akan segera dihukum mati! dengan metode terbaru maka
urat nadi di pergelanganmu akan kami potong dan darahmu akan segera
menetes. Kamu tidak akan merasa sakit karena teknologi yang kami
gunakan sangat canggih. Darahmu akan menetes perlahan-lahan dan akan
membiarkan dirimu mendengar suara tetesannya. Secara perlahan kamu
akan kehabisan darah dan tubuhmu akan melemah, detak jantungmu semakin
perlahan.. semakin lemah.. sampai akhirnya kamu akan mati !"

Mereka pun kemudian eksekusi, sang kriminal mulai merasakan
potongan di pergelangan tangan kanannya, segera ia merasakan aliran
darahnya menetes.. tes..tes... suara tetesan tersebut membuatnya tahu
bahwa dia semakin kehilangan darah.. dan tubuhnya semakin lemah..
sampai jantungnya berdetak semakin perlahan.. dan tragisnya diapun
mati. Ironisnya... walaupun sang kriminal tersebut mati, dia tidak
sempat menyadari bahwa percobaan yang dilakukan terhadapnya bukanlah
teknologi canggih untuk memotong pergelangannya, tetapi.. yang mereka
lakukan hanyalah mengambil sepotong es dingin yang tajam ; dan
kemudian digunakannya potongan tersebut melewati pergelangannya yang
sesungguhnya tidak memotong apapun !

Sang kriminal, yang dibuat percaya bahwa pergelangannya telah
dipotong, mengikuti semua sugesti palsu yang dikatakan oleh sang
ilmuwan. Walaupun yang dikatakan palsu, tetapi sugesti tersebut
menjadi 'kenyataan' karena sang kriminal memang mempercayainya !

Dalam otak kita, ada sesuatu yang dinamakan alam bawah sadar,
dan apapun yang kita berikan kedalamnya, akan menjadi kenyataan! Tubuh
kita akan mempercayai informasi apapun, walaupun itu palsu! Jika kita
mempercayainya, maka tubuh kita akan bereaksi seolah-olah itu adalah
kenyataan. Sama juga dengan kehidupan, Jika Anda menonton TV yang
membentuk pikiran Anda dengan hal-hal yang tidak berguna setiap
harinya... maka diri andapun menjadi pribadi yang tidak berguna.

Karena itu, jika Anda menginginkan hal yang terbaik segera
isilah pikiran Anda dengan hal-hal positif.. Jika ingin kaya.. isilah
otak Anda dengan kekayaan.. Jika ingin sukses, isilah pikiran Anda
dengan kesuksesan !

|

Mengapa Rumput Tetangga Kelihatan Lebih Hijau 

"Saat diri kita merasa lemah dibandingkan orang lain, cobalah melihat
`kebawah', maka kita akan merasa bersyukur, karena masih banyak orang
lain yang hidup dibawah standard kita. Dan saat kita berada di puncak
kemenangan, cobalah melihat `keatas', akan nampak banyak tantangan
yang masih belum kita raih ; dan mengobarkan semangat di dalam hati
kita untuk berjuang menjadi lebih baik".
- Sonny Vinn -

"Wah, enak ya si Ani. Baru bekerja satu tahun sudah menjadi
manager. Coba lihat kita-kita ini, sudah bekerja lima tahun, eh,
pangkat gak pernah naik, gaji juga naiknya dikit banget. Enggak adil
deh kayaknya hidup ini", gerutu Susi kepada rekan-rekannya saat makan
siang. Susi merasa kerja kerasnya selama ini tidak begitu dihargai di
kantor, karena justru dalam pemilihan manager baru, rekan kantornya
yang lebih yunior justru yang dipilih. Sambil memendam kekesalannya,
Susi sore itu pulang tepat pukul lima sore. Seperti biasa, Susi naik
bus berdesak-desakan dengan orang lain ; dan dua jam kemudian
sampailah Susi di daerah perumahan baru di ujung kota.

Sambil berjalan, di dalam hati Susi masih merasa kesal dengan
kejadian di kantornya tadi siang. Tinggal jarak beberapa meter lagi
dari rumahnya, Susi melihat tetangganya Sari juga baru saja pulang.
Yang membuat Susi terkejut, Sari yang biasanya beberapa kali pulang
satu bus dengannya, kini mengendarai mobil baru. Bukan mobil mewah
memang, tapi setidaknya hal ini membuat Susi kembali `panas' ; maklum,
Sari yang diketahuinya adalah pengantin baru yang mestinya belum
mempunyai `cukup modal' untuk membeli mobil baru. Bahkan dari
pengamatan Susi, setidaknya tingkat ekonomi keluarganya `lebih baik'
daripada Sari.

Sesampainya di rumah, Susi segera mencari suaminya dan
menceritakan semua kekesalannya hari itu. Dalam kekesalannya, Susi
beberapa kali sempat mengatakan bahwa dunia ini tidak adil, mengapa
orang yang sudah berjuang sekian lama tidak mendapatkan pahala yang
pantas, sebaliknya orang yang menurutnya baru `sedikit berjuang',
sudah bisa mendapatkan lebih banyak darinya. Sang suami, mendengarkan
sejenak, dan kemudian berkata dengan bijak ,"Istriku, wajar sekali apa
yang dikau pikirkan, terutama bila dikau merasa sudah berjuang keras
tapi tidak mendapatkan sebanyak yang diperoleh orang lain. Tapi satu
hal yang perlu dicermati adalah, dikau hanya melihat dari luarnya
saja.. Mungkin saja rekan kantormu baru sebentar bekerja, tapi di lain
pihak bisa saja dia memberikan kontribusi lebih banyak darimu. Dan
tetangga kita ; mungkin dari sisi ekonomi dia harus bekerja lebih
keras untuk membeli mobil itu, mungkin juga dengan cara mencicilnya.
Dikau hanya merasa iri, merasa cemburu sesaat saja. Cobalah untuk
melihat dunia ini dari berbagai sisi. Dirimu sendiri saat ini, bisa
jadi merupakan suatu `idola' bagi orang lain yang merasa di bawahmu.
Apa yang telah dikau capai hingga hari ini adalah hasil kerja kerasmu,
dan juga atas rahmat dari Tuhan. Maka, bersyukurlah atas semua yang
bisa kita nikmati hingga hari ini, dan terus berjuanglah, untuk
memperoleh lebih baik di dalam hidupmu ………."

Seringkali dalam hidup ini kita melihat `rumput tetangga'
lebih hijau dari kita ; baik dalam hal material, cara pikir,
kepandaian, sikap, kemampuan personal, kemampuan berkomunikasi, dan
sebagainya. Ini adalah hal yang normal, karena memang kita sebagai
manusia tidak pernah puas dengan segala hal yang kita miliki, dan
selalu ingin lebih dan lebih setiap saat. Yang membedakan adalah, ada
orang tertentu yang mengungkapkan ketidak puasannnya dengan cara yang
kurang tepat, misalnya dengan menggosipkan orang lain yang lebih
berhasil, mencari-cari letak kelemahan orang tersebut, atau juga bisa
hanya pasrah begitu saja. Bahayanya adalah, ketidak puasan dengan
jalan seperti ini tidak akan membawa manfaat apapun, malah hanya akan
menimbulkan rasa dendam, iri hati dan dengki terhadap kesuksesan orang
lain. Dalam jangka panjang, secara tidak langsung proses ini akan
mampu mempengaruhi sikap, cara pikir dan tindakan kita menjadi lebih
negatif dari sebelumnya.

Atau, kita bisa merasa tidak puas, dan mencoba mewujudkannya
dengan cara yang berbeda ; misalnya daripada bermusuhan atau iri hati
dengan orang yang sukses, mengapa tidak mencoba berteman dengannya ?
Bukankah mempunyai teman orang sukses, setidaknya ada satu atau dua
tips yang bisa kita tiru, dan mulai kita coba lakukan di dalam hidup
kita. Dari sisi yang positif, iri hati akan prestasi orang lain bisa
membakar semangat di dalam hati kita agar bisa seperti mereka ; bisa
membantu kita berimajinasi akan sesuatu hal yang lebih baik, yang
mungkin selama ini tidak pernah kita pikirkan.

`Rumput tetangga' lebih hijau bukan karena lebih bagus, tapi
karena `ditanam' dengan `cara yang tepat'. Karena itu milikilah
prinsip untuk belajar `menanam' dengan baik, dengan kerja keras dan
gairah yang tinggi, agar kita pun suatu saat juga bisa mempunyai
`rumput' yang tidak kalah hijau dengan `rumput' tetangga. Selamat
berjuang ! Sukses untuk anda !

Dikutip dari The Acesia

|

Saturday, May 19, 2007

Rahasia Si Untung 

Kita semua pasti kenal tokoh si Untung di komik Donal Bebek. Berlawanan
dengan Donal yang selalu sial. Si Untung ini dikisahkan untung terus. Ada
saja keberuntungan yang selalu menghampiri tokoh bebek yang di Amerika
bernama asli Gladstone ini. Betapa enaknya hidup si Untung. Pemalas, tidak
pernah bekerja, tapi selalu lebih untung dari Donal. Jika Untung dan Donal
berjalan bersama, yang tiba-tiba menemukan sekeping uang dijalan, pastilah
itu si Untung. Jika Anda juga ingin selalu beruntung seperti si Untung,
dont worry, ternyata beruntung itu ada ilmunya.

Professor Richard Wiseman dari University of Hertfordshire Inggris, mencoba
meneliti hal-hal yang membedakan orang2 beruntung dengan yang sial. Wiseman
merekrut sekelompok orang yang merasa hidupnya selalu untung, dan sekelompok
lain yang hidupnya selalu sial. Memang kesan nya seperti main-main,
bagaimana mungkin keberuntungan bisa diteliti. Namun ternyata memang orang
yang beruntung bertindak berbeda dengan mereka yang sial.

Misalnya, dalam salah satu penelitian the Luck Project ini, Wiseman
memberikan tugas untuk menghitung berapa jumlah foto dalam koran yang
dibagikan kepada dua kelompok tadi. Orang2 dari kelompok sial memerlukan
waktu rata-rata 2 menit untuk menyelesaikan tugas ini. Sementara mereka
dari kelompok si Untung hanya perlu beberapa detik saja! Lho kok bisa?

Ya, karena sebelumnya pada halaman ke dua Wiseman telah meletakkan tulisan
yang tidak kecil berbunyi "berhenti menghitung sekarang! ada 43 gambar di
koran ini". Kelompol sial melewatkan tulisan ini ketika asyik menghitung
gambar. Bahkan, lebih iseng lagi, di tengah2 koran, Wiseman menaruh pesan
lain yang bunyinya: "berhenti menghitung sekarang dan bilang ke peneliti
Anda menemukan ini, dan menangkan $250!" Lagi-lagi kelompok sial melewatkan
pesan tadi! Memang benar2 sial.

Singkatnya, dari penelitian yang diklaimnya "scientific" ini, Wiseman
menemukan 4 faktor yang membedakan mereka yang beruntung dari yang sial:

1. Sikap terhadap peluang.
Orang beruntung ternyata memang lebih terbuka terhadap peluang. Mereka
lebih peka terhadap adanya peluang, pandai menciptakan peluang, dan
bertindak ketika peluang datang. Bagaimana hal ini dimungkinkan?

Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih rileks dan
terbuka terhadap pengalaman-pengalam an baru. Mereka lebih terbuka
terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan menciptakan
jaringan-jaringan sosial baru. Orang yang sial lebih tegang sehingga
tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.

Sebagai contoh, ketika Barnett Helzberg seorang pemilik toko permata di
New York hendak menjual toko permatanya, tanpa disengaja sewaktu berjalan di
depan Plaza Hotel, dia mendengar seorang wanita memanggil pria di
sebelahnya: "Mr. Buffet!" Hanya kejadian sekilas yang mungkin akan
dilewatkan kebanyakan orang yang kurang beruntung. Tapi Helzber berpikir
lain. Ia berpikir jika pria di sebelahnya ternyata adalah Warren Buffet,
salah seorang investor terbesar di Amerika, maka dia berpeluang menawarkan
jaringan toko permatanya. Maka Helzberg segera menyapa pria di sebelahnya,
dan betul ternyata dia adalah Warren Buffet. Perkenalan pun terjadi dan
Helzberg yang sebelumnya sama sekali tidak mengenal Warren Buffet, berhasil
menawarkan bisnisnya secara langsung kepada Buffet, face to face. Setahun
kemudian Buffet setuju membeli jaringan toko permata milik Helzberg.
Betul-betul beruntung.

2. Menggunakan intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung ternyata lebih mengandalkan intuisi daripada logika.
Keputusan-keputusan penting yang dilakukan oleh orang beruntung ternyata
sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan "hati nurani" (intuisi) daripada

hasil otak-atik angka yang canggih. Angka-angka akan sangat membantu, tapi
final decision umumnya dari "gut feeling".

Yang barangkali sulit bagi orang yang sial adalah, bisikan hati nurani tadi
akan sulit kita dengar jika otak kita pusing dengan penalaran yang tak
berkesudahan. Makanya orang beruntung umumnya memiliki metoda untuk
mempertajam intuisi mereka, misalnya melalui meditasi yang teratur. Pada
kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih
mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin
tajam.

Banyak teman saya yang bertanya, "mendengarkan intuisi" itu bagaimana?Apakah
tiba2 ada suara yang terdengar menyuruh kita melakukan sesuatu?
Wah, kalau pengalaman saya tidak seperti itu. Malah kalau tiba2 mendengar
suara yg tidak ketahuan sumbernya, bisa2 saya jatuh pingsan. Karena ini
subyektif, mungkin saja ada orang yang beneran denger suara. Tapi kalau
pengalaman saya, sesungguhnya intuisi itu sering muncul dalam berbagai
bentuk, misalnya:

- Isyarat dari badan. Anda pasti sering mengalami. "Gue kok tiba2 deg-deg
an ya, mau dapet rejeki kali", semacam itu. Badan kita sesungguhnya sering
memberi isyarat2 tertentu yang harus Anda maknakan. Misalnya Anda kok
tiba2 meriang kalau mau dapet deal gede, ya diwaspadai saja kalau tiba2
meriang lagi.
- Isyarat dari perasaan. Tiba-tiba saja Anda merasakan sesuatu yang lain
ketika sedang melihat atau melakukan sesuatu. Ini yang pernah saya alami.
Contohnya, waktu saya masih kuliah, saya suka merasa tiba-tiba excited
setiap kali melintasi kantor perusahaan tertentu. Beberapa tahun
kemudiansaya ternyata bekerja di kantor tersebut. Ini masih terjadi untuk
beberapa hal lain.

3. Selalu berharap kebaikan akan datang.
Orang yang beruntung ternyata selalu ge-er terhadap kehidupan. Selalu
berprasangka baik bahwa kebaikan akan datang kepadanya. Dengan sikap
mental yang demikian, mereka lebih tahan terhadap ujian yang menimpa mereka,
dan akan lebih positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Coba saja Anda
lakukan tes sendiri secara sederhana, tanya orang sukses yang Anda kenal,
bagaimana prospek bisnis kedepan. Pasti mereka akan menceritakan optimisme
dan harapan.

4. Mengubah hal yang buruk menjadi baik.
Orang-orang beruntung sangat pandai menghadapi situasi buruk dan
merubahnya menjadi kebaikan. Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi
baiknya. Dalam salah satu tes nya Prof Wiseman meminta peserta untuk
membayangkan sedang pergi ke bank dan tiba-tiba bank tersebut diserbu
kawanan perampok bersenjata. Dan peserta diminta mengutarakan reaksi mereka.
Reaksi orang dari kelompok sial umunya adalah: "wah sial bener ada di
tengah2 perampokan begitu". Sementara reaksi orang beruntung, misalnya
adalah: "untung saya ada disana, saya bisa menuliskan pengalaman saya untuk
media dan dapet duit". Apapun situasinya orang yg beruntung pokoknya untung
terus. Mereka dengan cepat mampu beradaptasi dengan situasi buruk dan
merubahnya menjadi keberuntungan.

Sekolah Keberuntungan.
Bagi mereka yang kurang beruntung, Prof Wiseman bahkan membuka Luck
School .

Latihan yang diberikan Wiseman untuk orang2 semacam itu adalah dengan
membuat "Luck Diary", buku harian keberuntungan. Setiap hari, peserta
harus mencatat hal-hal positif atau keberuntungan yang terjadi.

Mereka dilarang keras menuliskan kesialan mereka. Awalnya mungkin sulit,
tapi begitu mereka bisa menuliskan satu keberuntungan, besok-besoknya akan
semakin mudah dan semakin banyak keberuntungan yg mereka tuliskan.

Dan ketika mereka melihat beberapa hari kebelakang Lucky Diary mereka,
mereka semakin sadar betapa beruntungnya mereka. Dan sesuai prinsip "law
of attraction", semakin mereka memikirkan betapa mereka beruntung, maka
semakin banyak lagi lucky events yang datang pada hidup mereka.

Jadi, sesederhana itu rahasia si Untung. Ternyata semua orang juga bisa
beruntung. Termasuk kita.

Siap mulai menjadi si Untung?

Labels:


|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?