<$BlogRSDUrl$>

Friday, September 24, 2004

Kekecewaan dan Kedukaan 

Kemurungan pasti sekali waktu hinggap di dalam perasaan hati kita. Agaknya di dunia ini, semenjak jaman dahulu sampai sekarang tidak ada manusia yang dapat bebas daripada kemurungan atau kedukaan atau kekecewaan hati. Selalu saja ada persoalan yang mendatangkan kedukaan, kekecewaan dan kesengsaraan, dan kalau sudah datang perasaan duka ini, kita merasa sengsara, kita merasa prihatin, kita menderita batin, seolah-olah hati kita berdarah. Dan tidak jarang kita lalu melarikan diri dari semua derita ini, menghibur diri dengan bermacam kesenangan, atau melarikan diri sama sekali dengan membunuh diri. Atau membunuh diri secara batiniah, yaitu dengan jalan bertapa dan meninggalkan semua keramaian dunia yang sama saja artinya dengan hidup akan tetapi sudah mati. Semua ini hanyalah bentuk-bentuk pelarian belaka.

Kekecewaan, kemurungan atau kedukaan timbul karena batin menginginkan yang lain daripada kenyataan, batin selalu ingin senang sehingga kalau kesenangan yang diinginkan itu tidak terjadi, hati menjadi kecewa dan berduka. Kita tidak tahu bahwa justeru KEINGINAN UNTUK SENANG inilah pencipta kekecewaan dan kedukaan. Kita menginginkan agar hidup ini manis selalu baginya. Kita membutakan mata terhadap kenyataan bahwa sekali ada manis, sudah pasti ada pahit, getir, masam, asin dan sebagainya lagi. Itulah romantika hidup. Manis, pahit, getir, masam dan lain-lain, itu merupakan suatu kumpulan yang tak terpisahkan dan yang membentuk apa yang kita namakan kehidupan ini. Karena kita selalu menginginkan yang manis, maka yang pahit dan getir terasa tidak enak, mengecewakan dan menyiksa. Padahal, belum tentu yang manis itu selalu bermanfaat, dan belum tentu kalau yang pahit itu tidak berguna! Di dalam setiap kenyataan, baik itu diterima sebagai manis atau pahit, tersembunyi sesuatu, suatu rahasia yang maha ajaib, dan yang hanya akan nampak oleh dia yang tidak terpengaruh oleh rasanya, baik manis maupun pahit, yang melihat kenyataan sebagai apa adanya, tanpa menilainya sebagai baik atau buruk, manis atau pahit. Bukankah yang manis-manis itu sering kali malah mengganggu kesehatan dan yang pahit-pahit itu biasanya malah baik bagi kesehatan? Namun, bagaimana juga, kita selalu mengejar-ngejar yang manis-manis!

|

Thursday, September 23, 2004

RIGHT NOW IS THE BEST TIME 

We convince ourselves that life will be better after we get married, have a baby, and then another. Then we are frustrated that the kids aren't old enough and we believe that we'll be more content when they are. After that, we're frustrated that we have teenagers to deal with. We will certainly be happy when they are out of that stage. We tell ourselves that our life will be complete when our spouse gets his or her act together, when we get a nicer car, when we're able to go on a nice vacation, or when we retire. The truth is there's no better time to be happy than...
RIGHT NOW !!!
If not now, when? Your life will always be filled with challenges. It's best to admit this to yourself and decide to be happy anyway. Happiness is the way. So, treasure every moment that you have, and treasure it more because you shared it with someone special, (special enough to spend your time with), and remember that time waits for no one.
So, stop waiting...
** until your car or home is paid off.
** until you get a new car or home.
** until your kids leave the house.
** until you go back to school.
** until you finish school.
** until you lose 10 lbs.
** until you gain 10 lbs.
** until you get married.
** until you get a divorce.
** until you have kids.
** until you retire.
** until summer.
** until spring.
** until winter.
** until fall.
** until you die.
There is no better time than RIGHT NOW to be happy. Happiness is a journey, not a destination.
So,
Work like you don't need money.
Love like you've never been hurt,
And dance like no one's watching.
Sumber : Positive Club

|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?