<$BlogRSDUrl$>

Friday, November 16, 2007

Memahami dengan melihat pengalaman orang lain 

Suatu petang di awal 2007, saya dan rekan kerja saya bersiap
untuk berangkat ke Puncak, tepatnya tujuan kami adalah Hotel Yasmin.
Kami sedang mempersiapkan untuk suatu kegiatan konferensi nasional
internal perusahaan kami. Setelah diskusi sejenak dimana kami harus
makan malam, kami memutuskan untuk makan malam di sekitar Cisarua,
selain terlalu malam kalau menunggu sampai di Hotel Yasmin,
cacing-cacing di perut kami telah berontak menunggu jatah. Saya
mengusulkan untuk mencoba satu restoran referensi dari rekan kerja
yang lain, yaitu Balé Cipayung.

Setelah memarkirkan kendaraan, kami bergegas masuk ke lokasi
restoran yang ternyata asri dengan beberapa saung di atas dikelilingi
kolam buatan, suasana yang sangat mendukung untuk menikmati makan
malam. Kami memesan beberapa makanan yang katanya merupakan menu
spesial dan favorit di tempat tersebut. Salah satu menu yang
direkomendasikan adalah Colenak, wah apa itu yah ? coba aja deh…..
buat appetizer.

Colenak telah disajikan dengan tampilan yang menarik dan
keliatannya enak dengan top up vla santan. Kami segera mengambil garpu
dan mencicipinya, saya memotong sedikit Colenak yang ada dan
mencicipinya karena rasa ingin tahu – apakah Colenak ini ? Saya
rasakan ternyata tape … wah enak juga neh… kemudian saya bicara dengan
rekan kerja saya enak juga yah tape dibuat kaya gini. Teman saya,
Bapak Herly, mengernyitkan dahi dan bilang "ini bukan tape pak, tapi
pisang !". Saya karena yakin bisa membedakan rasa tape dan pisang,
ngotot bahwa bahan yang dipakai bukan tape tetapi pisang, seraya
mengambil potongan kecil lagi untuk meyakinkan. Dan kami masing-masing
tetap yakin dengan kemampuan merasa kami masing masing. Jadi saya
tetap ngotot itu tape dan Bapak Herly yakin itu pisang. Yah udah tidak
kami bahas lagi, dan saling ngotot membuat kami makin lapar dan menu
utama sudah dihidangkan, kami tinggalkan Colenak yang ada untuk
menyantap menu utama.

Ah, kenyang sudah dan nikmat juga menu-menu yang dihidangkan,
dan karena mubazir kalau Colenak yang jadi bahan ngotot itu tersisa,
saya ajak Bapak Herly untuk menghabiskannya. Entah bagaimana, saat
kami mengambil potongan Colenak, kami baru sadar, karena ternyata kali
ini saya merasakan pisang dan Bapak Herly merasakan tape....
Wakzzzzzz.... setelah kami perhatikan lebih jeli ternyata memang di
bawah vla santan tersebut ada dua buah potongan besar dimana satunya
adalah pisang dan satunya adalah tape..... Akhirnya kami sama-sama
tersenyum kecut... menyadari kengototan kami masing-masing.
Colenakkk.... duh Colenakk.... dicocol enak walau buat kami ngotot dan
akirnya ketawa bersama.

Seringkali dalam hidup, baik dalam keluarga, dalam
persahabatan maupun dalam dunia kerja di perusahaan tempat kita
bekerja, kita saling beradu argumentasi, mempertahankan sikap
masing-masing dengan fakta-fakta dan pengalaman yang kita punya.
Sebagai orang tua kita merasa punya pengalaman yang lebih terhadap
suatu keadaan sehingga sering berselisih paham dengan anak maupun
pasangan hidup, Sebagai atasan seringkali kita merasa lebih tahu akan
suatu keadaan dan berselisih dengan rekan kerja lain baik bawahan
ataupun juga dengan kolega kerja yang selevel.

Memahami dengan melihat pengalaman orang lain sebagai
informasi / fakta tambahan ternyata sangat berarti. Kalau saja kami
mau menunda penilaian dan mencoba berbagi tempat dan mencoba bagian
lain mungkin kami tidak akan saling ngotot. Walaupun begitu pengalaman
ini memberi moment of truth yang berarti buat saya. Selamat berbagi
dan siap berkolaborasi….

Colenak duh.... dicocol enak.....

Be yourself !
Be the best !!
Be a better of YOU !!!

Source: The Acesia

|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?