<$BlogRSDUrl$>

Wednesday, June 09, 2004

Sebuah perenungan tentang pikiran 

Hidup ini seakan-akan penuh dengan derita, kesengsaraan, duka, sesal, takut, khawatir dan lain sebagainya lagi. Setiap orang manusia memiliki penderitaannya masing-masing sehingga seolah-olah hidup ini isinya hanya keluh-kesah belaka. Dari manakah datangnya semua kesengsaraan ini dan bagaimana terjadinya? Kalau kita mau membuka mata mengamati diri kita sendiri, maka akan nampaklah dengan nyata bahwa semua penderitaan itu bukanlah menimpa kita dari langit begitu saja! Penderitaan bukan datang dari la­ngit, melainkan merupakan kembang dan buah daripada pohon yang kita tanam sendiri, merupakan akibat daripada sebab perbuatan kita sendiri. Tanpa pengamatan kepada diri sendiri setiap saat, kita biasa­nya akan mencari kambing hitam dan melontarkan sebab-sebabnya keluar diri kita.

Duka timbul dari iba diri. Merupakan permainan pikiran yang mengingat-ingat dan menilai-nilai. Kalau setiap kali duka timbul lalu kita menghadapinya dengan pengamatan penuh kewaspadaan, penuh kesadaran dan perhatian, maka akan nampaklah bahwa pikiran kita sendiri yang bermain-main, pikiran kita sendiri yang meremas-remas perasaan kita sendiri. Duka takkan ada kalau pikiran kita tidak mengingat-ingat dan membanding-bandingkan, kalau pikiran kita tidak me­nimbulkan iba diri. Bukan berarti bahwa kita harus “menyerah kepada nasib” ka­rena hal ini akan menimbulkan frustrasi atau ketidakpuasan atau kekecewaan yang membuat kita menjadi picik, bodoh dan hilang semangat. Sama sekali bukan! Melainkan, kita waspada menghadapi dan mengamati apa yang disebut duka, takut, sesal, khawatir, yang menyiksa itu, kita pelajari, kita selami dan kita amati tanpa ada keinginan untuk melenyapkan­nya, karena keinginan ini timbul dari pikiran pula yang ingin senang dan kare­nanya maka pengamatan dan penyelidikan kita pun akan terhenti begitu saja dan duka itu takkan lenyap.


|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?