<$BlogRSDUrl$>

Saturday, May 08, 2004

Hidup Bahagia sebagai Penikmat Hidup 

Betapa sering kita memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan. Itu membuat kita menjalani hidup dengan segala rasa kurang puas. Kita tidak pernah memfokuskan diri pada apa yang kita miliki sehingga hidup terasa menjadi sengsara karena selalu merasa kurang dengan apa yang sudah dimiliki.

Banyaknya harta yang kita miliki tidak pernah merasa cukup menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang "kaya" tersebut.

Orang yang "kaya" bukanlah orang yang memiliki banyak harta benda, tetapi orang yang dapat menikmati apa pun yang mereka miliki, tanpa rasa terikat pada kepemilikan itu.

Tentu boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tetapi kita perlu menyadari bahwa itulah akar perasaan tidak tenteram. Sang Buddha selalu mengingatkan hal itu dalam surat dengan berkata demikian. "Kesengsaraan yang sesungguhnya adalah hal yang melekat pada harta duniawi."

Katakanlah kita sudah memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan hidup yang baik. Tetapi, Anda masih merasa kurang. Pikiran Anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.

Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tidak puas, kita ingin yang lebih lagi.


Nikmati dan Bersyukurlah

Kita dapat mengubah perasaan itu dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah, bahwa Anda akan merasakan nikmatnya hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita.

Banyak orang yang sengsara dan nelangsa (menderita) karena tidak pernah mensyukuri apa yang dimiliki atau terjadi padanya, mereka nelangsa karena melihat apa yang dipunyai dan terjadi pada orang lain.

Kala kita jatuh dalam keputusasaan, harapan merupakan pendamping yang bijaksana, yang senantiasa tidak akan membiarkan kita menjadi putus asa dan putus harapan.

Harapan merupakan sumber kekuatan diri, ketika seseorang yang mempunyai harapan akan merasakan tambahan energi, tambahan tenaga pada dirinya. Maka punyailah selalu Harapan!

Neal Beidleman selamat dari ekspedisi malang pada tahun 1996, ketika delapan orang pendaki gunung tewas di Gunung Everest. Sebagian dari mereka telah membayar uang sebesar 65.000 dolar AS agar mendapat kesempatan mendaki puncak gunung tertinggi di dunia itu.

Saat mengevaluasi penyebab kemalangan tersebut, Beidleman berkata, "Tragedi dan malapetaka... tidak disebabkan oleh suatu keputusan, kejadian, atau kesalahan tunggal, tetapi merupakan titik puncak dari banyak hal dalam hidup Anda. Ada sesuatu yang terjadi, dan kejadian itu menjadi katalisator bagi datangnya semua risiko yang telah Anda ambil."

Di atas Gunung Everest, "sesuatu" itu berupa badai salju yang mengamuk. Menurut jurnalis Todd Burgess, jika bukan karena badai para pendaki gunung itu tetap akan menghadapi banyak tantangan yang penuh risiko. Tetapi, badai itulah yang menunjukkan kelemahan mereka (para pendaki).

Begitu juga dengan kehidupan kita, keputusasaan dan keingininan yang tidak pernah terpuaskan yang menjadi kelemahan kita.

Tidak sedikit orang yang berusaha mengubah nasibnya, namun lebih banyak orang yang tidak tahu bagaimana dan apa prinsip utama untuk mengubah nasib, Apakah yang menentukan nasib seseorang di dunia ini? Apa betul yang disebut nasib itu sudah tidak bisa diperbaiki? Walaupun ada pendapat: "Betul begitu adanya." Tetapi, ingatlah nasihat seorang arif bijaksana yang mengatakan: "Manusia itu diciptakan bukan untuk memahami hidup, tetapi hidup diciptakan untuk dinikmati karena setiap hari adalah hidup baru dan pengharapan baru."


Hidup dengan Pengharapan

Pengharapan adalah keyakinan, bahwa masalah-masalah yang ada tidak berlangsung lama dan semua akan berubah. Untuk merasakan keajaiban hidup kita mungkin harus bisa menjalankan metode suci (divine way), yaitu hidup selaras dengan alam semesta, damai dengan kehendak sang Pencipta dan berdamai dengan semua makhluk ciptaanNya.

Untuk menjadi orang beruntung coba kembangkan intuisi karena keberuntungan sebagian besar merupakan intuisi, yaitu sesuatu yang Anda pikirkan menuntun Anda tanpa disadari. Pepatah mengatakan cipta terwujud dalam dunia imajinasi dulu sebelum menjelma menjadi kenyataan.

Untuk menuntun dan berhubungan dengan intuisi Anda perlu waktu relaks (istirahatkan pikiran) dan dengarkan kata hati (bahasa kalbu), yaitu nurani Anda sendiri.

Hadapi hidup dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal. Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru banyak kita melihat orang sukses sebetulnya orang yang telah banyak mengalami kegagalan.

Hukum Sebab dan Akibat di sini mulai terlihat jelas, Sebab Anda mengerti apa yang Anda inginkan.

Karena itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri untuk bertindak sesuai nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup ini menuju keberuntungan.

Berpikirlah selalu positif, sehingga Anda akan menjadi orang yang beruntung, banyak cerita tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang tidak menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide besar untuk mulai bisnis sendiri dan jadi majikan diri sendiri.

Ditolak mendatangkan kesuksesan. John Fuhrman dalam bukunya Reject Me, I love it mengatakan yang diperlukan dari Anda adalah bagaimana merespons penolakan dan menggunakannya dengan tepat.

Untuk mendapatkan nasib baik keberuntungan diperlukan usaha, dan mulailah sekarang juga!

Kita sudah mengetahui efek atau akibat dari pikiran-pikiran kita. Para ahli sudah mengakui bahwa orang yang optimistis bisa mendapatkan hal-hal yang menguntungkan dalam hidupnya, dibanding dengan orang-orang yang mempunyai sikap pesimis dalam hal apa pun, termasuk dalam mengelola kesehatan dirinya sendiri.

Orang optimistis yang bisa bersyukur bisa lebih banyak mengembangkan senyum di wajahnya sehingga menekan hormon stres, maka kinerja tubuhnya mengoptimalkan diri, semua organ bekerja dengan optimal dan menghasilkan kesehatan yang prima, dengan sendirinya bisa menghindarkan diri dari ketegangan yang menyebabkan sakit kepala, sakit jantung, dan mengakibatkan stroke atau penyakit berat lainnya. Yang tentu saja mendapat penyakit seperti itu merupakan nasib buruk.


Semua Orang Punya Waktu Sama

Waktu adalah salah satu berkat dari Tuhan yang boleh kita nikmati dan kita pakai sebagaimana kita mau. Tetapi, waktu juga adalah sesuatu yang harus kita pertanggungjawabkan penggunaannya. Suatu hal yang pasti adalah bahwa setiap orang mempunyai waktu yang sama, yaitu dua puluh empat jam dalam satu hari perjalanan hidupnya.

Kenapa ada orang yang merasa selalu kekurangan waktu, sementara yang lain kelebihan waktu sampai harus memikirkan hari ini apalagi yang harus aku kerjakan untuk melewatinya. Setiap saat yang kita lalui sebaiknya bermanfaat bagi kehidupan kita, sebab waktu yang telah lewat tidak akan pernah kembali.

Jadi, camkanlah jangan pernah membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna karena kita akan rugi sendiri. Pusatkan perhatian pada tujuan hidup anda dan tetaplah pegang pada prioritas Anda, jangan lupa bersyukurlah pada apa yang sudah Anda miliki, dan pada apa yang sudah terjadi dalam hidup kita.

Jangan pesimistis, jangan hidup menanti kematian selama masih ada napas, harus gunakan waktu Anda, jangan mengulurnya dengan sia-sia!!


|

This page is powered by Blogger. Isn't yours?